NAMA : BIMA HARYADI
NPM : 22314172
KELAS : 1TB04
TUGAS : ILMU BUDAYA DASAR
MANUSIA
DAN KEINDAHAN
I.
KEINDAHAN
Kata keindahan berasal dari kata
indah yang berarti molek, bagus, permai, cantik, dan sebagainya. Keindahan
merupakan daya tarik seni dari suatu hal.
1.
Pengertian Keindahan
Keindahan pada dasarnya adalah
sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal (obyek) yang
memberi kepuasan bagi penyerapnya.
o Keindahan alam arti luas merupakan
pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula
kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang
indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik
juga menyenangkan.
o Keindahan dalam arti estetik murni
menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang dilihatnya.
o Sedang keindahan dalam arti terbatas
lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerna dengan
penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang,
hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi
kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar
atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi,
psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah
sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan
keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
2.
Perbedaan Keindahan Sebagai Suatu
Kualitas Abstrak Dan Sebuah Benda Tertentu Yang Indah
Sebenarnya sulit bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan
itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak
jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang
berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati
jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan
berkomunikasi. Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai
suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan
itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the
beautiful” (benda atau hal indah).
Keindahan abstrak adalah suatu konsep abstrak yang tidak
dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan
dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu
baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk
Keindahan pada benda tertentu adalah keindahan yang memiliki
konsep pemahaman dan nilai yang berbeda dengan kualitas abstrak di mana benda
yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu yang mewakili keindahan secara umum
dan dapat dengan mudah diterima maupun dipahami oleh masyarakat.
3.
Pengertian Keindahan Menurut Luasnya
a.
Keindahan
Dalam Arti Luas
dalam arti
yang luas, sebenarnya pengertian ini masih diambil dari bangsa yunani yang
didalamnya mencakup pula kebaikan. Menurut beberapa ahli antara lain :
1.
Plato mengatakan bahwa watak yang
indah adalah hokum yang indah;
2.
Aristoteles mengatakan bahwa
keondahan merupakan sesuatu yang selain baik juga menyenangkan;
3.
Plotinus menuliskan dalam bukunya
tentang ilmu yang indah dan kebijakan yang indah.
Dari
beberapa ahli tersebut, bangsa Yunani tetap mengatakan bahwa keindahan adalah
sesuatu ilmu dan ada yang indah dan akan terus berlangsung.bangsa yunani lebih
berbicara tentang arti keindahan dalam arti estetik yang disebut sebagai
‘symmetria” untuk keindahan yang berdasarkan penglihatan semata dan harmonia
untuk keindahan yang berdasarkan pendengaran. Keindahan yang seluas-luasnya
meliputi :
·
Keindahan
seni
Keindahan
seni adalah keindahan yang tercipta dari hasil karya seseorang tehadap seni.
Seni sering sekali menjadi penghubung keindahan agar bisa dinikmati oleh
pengamat objeknya. Seseorang paling dominan menikmati keindahan itu lewat seni.
·
Keindahan alam
Keindahan alam adalah keindahan yang
sudah ada di alam sekitar kita. Keindahan yang ada bisa dinikmati oleh
penglihatan kita.
Keindahan
moral adalah keindahan yang tercipta dari tingkah laku dan perilaku kita
sehari-hari.
·
Keindahan Intelektual
Keindahan
intelektual adalah pemikiran yang indah berdasarkan ilmu pengetahuan. Tulisan
ini bukanlah mencari pengertian mengenai kata keindahan intelektual.
b.
keindahan
dalam arti estetis murni
Keindahan
dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya.
c.
keindahan
dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan
Keindahan
dalam arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda
yang dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan
warna.
4. Nilai Estetik
Dalam rangka
teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan
dianggap sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilai moral, nilai
ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala
sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai
adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari
kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu
sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai
terbukti ketakbenarannya.
Ada 2 nilai yang penting dalam Keindahan :
- Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
- Nilai intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut. Contohnya pesan yang akan disampaikan dalam suatu tarian.
Teori estetika
keindahan menurut Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art”
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
ü
Kelompok yang berpendapat bahwa
keindahan itu bersifat subjektif adanya, yakni karena manusianya menciptakan
penilaian indah dan kurang indah dalam pikirannya sendiri.
ü
Kelompok yang berpendapat bahwa
keindahan bersifat objektif adanya, yakni karena keindahan itu merupakan nilai
yang intrinsik ada pada suatu objek.
ü
Kelompok yang berpendapat bahwa
keindahan itu merupakan pertemuan antara yang subjektif dan yang objektif,
artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara subjek
manusia dan objek substansi.
Ada tiga hal
yang nyata ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada
keutuhan (Integrity) ada keselarasan (Harmony) serta kejelasan (Clearity) pada
objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
Keindahan itu sendiri
datangnya dari Tuhan, seperti manusia yang merupakan ciptaaan Tuhan yang
memiliki keindahan misalnya wanita menjadi cantik jika dari dalam dirinya
cantik dan akan terpancar aura keindahannya, begitu pula dengan pria. Maka dari
itu keindahan merupakan satu kesatuan.
Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan
dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau
kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral,
mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan
banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan
manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
Ada beberapa
alasan mengapa manusia menciptakan keindahan, yaitu sebagai berikut:
Ø
Tata nilai yang telah usang
Ø
Kemerosotan Zaman
Ø
Penderitaan Manusia
Ø
Keagungan Tuhan
5. Perbedaaan
Nilai Ekstrinsik Dan Nilai Intrinsik
Menurut kadarnya nilai
digolongkan atas nilai Ekstrinsik dan
nilai Intrinsik.
·
Nilai ekstrinsik (instrumental value/contributory value)
yaitu sifat baik dari suatu benda
dipandang dari segi peranan membantu memberi sifat baik tersebut.
·
Nilai intrinsik (consummatory value) yaitu sifat baik dalam diri suatu
bendademi kepentingan benda
tersebut. Nilai intrinsik ini adalah: kebenaran, kebaikan dan keindahan.
Berikut adalah contoh perbedaan nilai ekstrinsik dan
nilai intrinsik.
1.
Puisi bentuk puisi yang terdiri dari
bahasa diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai Ekstrinsik. Sedangkan
pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu
disebut nilai Instrinsik.
2.
Tari, tarian Darmawulan –
minakjinggo merupakan suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam
jenis pakaian dan gerak – geriknya. Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik,
sedangkan pesan yang ingin disampaikan tarian itu adalah kebaikan melawan
kejahatan merupakan nilai Instrinsik.
Nilai Ekstrinsik dan Nilai
Ekstrinsik dalam Keindahan
·
Nilai intrinsik adalah
nilai yang lebih kepada penilaian berdasarkan pada apa yang terlihat saja oleh
mata dan imajinasi seseorang, tanpa mempertimbangkan aspek lain. Dengan kata
lain nilai intrinsik adalah nilai-nilai yang berasal dari penilaian panca indra
yang hanya berdasarkan pada logika.
·
Nilai ekstrinsik adalah
nilai-nilai yang tidak dapat dinilai oleh panca indra, berkenaan aspek
kejiwaan, filsafat atau psikologi, serba noumena, transendental. Nilai
ekstrinsik hanya bisa dirasai oleh jiwa, intuisi dan naluri dengan pendekatan
ilmu, filsafat, kebudayaan dan sisi pribadi individu.
Gambaran bahwa keindahan juga
memiliki nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik
Nilai ekstrinsik dapat
diartikan sebagai alat bantu untuk menyempurnakan suatu keindahan. Contoh Sebuah
musik jika tidak dibantu dengan nada dan irama yang pas, maka musik itu tidak
akan terdengar indah di telinga.
Nilai intrinsik dapat
diartikan dengan nilai yang terkandung dalam suatu keindahan. Contoh Lukisan
yang dibuat oleh tangan manusia memiliki arti dan maksud dari lukisan yang ia
buat. Dalam arti luas adalah pendeskripsian dari lukisan yang dibuat.
Nilai
keindahan instrinsik adalah nilai yang berbentuk seni dan
dapat dirasakan dengan indra mata, telinga, atau keduanya. Nilai dengan bentuk
ini kadang juga disebut nilai struktur, yaitu mengenai cara menyusun
nilai-nilai ekstrinsiknya yang
diperoleh dari rangkaian peristiwa. Semuanya disusun sedemikian rupa sehingga
menjadi susunan yang terstruktur dan dinamis oleh nilai instrinsik. Cara menyusun
bentuk susuna tersebut melahirkan sebuah cerita. Kumpulan peristiwa yang sama
oleh dua orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan urutan atau struktur
yang berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda.
Ada beragam
hasil seni budaya yang menggunakan pendekatan ekstrinsik dan pendekatan
intrinsik dan melalui proses penghayatan kita dapat mengetahui alasan mereka
atau seniman menciptakan keindahan melalui hasil seni.
6. Pengertian
Kontemplasi Dan Ekstansi
Keindahan
dapat di golongkan menurut selera seni maupun selera biasa. Setiap
manusia memiliki rasa atau selera tentang keindahan.
Keindahan yang di dasarkan pada selera seni di dukung oleh faktor kontemplasi
dan ekstansi. Kontemplasi merupakan dasar dari pemikirian manusia untuk
menyatakan keindahan. Sedangkan ekstansi merasakan atau menikmati suatu
keindahan. Jadi kontemplasi dan ekstansi saling keterhubungan. Sehingga manusia
dapat merasakan suatu keindahan dan kemudian dinyatakan oleh ungkapan.
Kontemplasi
adalah suatu proses bermeditasi, merenungkan atau berfikir penuh dan mendalam
untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil
penciptaan. Dalam kehidupan sehari-hari orang mungkin berkontemplasi dengan
dirinya sendiri atau mungkin juga dengan benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan
peristiwa kehidupan tertentu yang berkenaan dengan dirinya atau diluar dirinya.
Di kalangan umum kontemplasi di artikan sebagai aktivitas melihat dengan mata
atau dengan pikiran untuk mencari sesuatu dibalik yang tampak atau tersurat
misalnya, dalam ekspresi seseorang sedang berkontemplasi dengan bayang-bayang
dirinya di muka cermin. Dalam artikelnya, Armein Z. R.
Langi. menjelaskan arti dan pentingnya kontemplasi dalam hidup kita. Menurut
Armein “kontemplasi mirip dengan meditasi tapi tidak sepenuhnya mengosongkan
pikiran. Kontemplasi lebih pada merasakan kehadiran Tuhan, memikirkan dan
merenungkan konsep kehidupan. Mengevaluasi diri. Menghayati jalannya hidup
kita”. Masih menurut Armein pentingnya kontemplasi adalah “untuk mencegah kita
hidup terlalu menuruti kebiasaan (habbits)”.
Ekstansi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati
sesuatu yang indah. Apabila kontemplasi dan Ekstansi itu di hubungkan dengan
kreativitas, maka kontemplasi itu faktor pendorong untuk menciptakan keindahan,
sedangkan Ekstansi merupakan faktor pendorong untuk merasakan, menikmati
keindahan. Karena derajat atau tingkat Kontemplasi dan Ekstansi itu
berbeda-beda antara setiap manusia, maka tanggapan terhadap keindahan karya
seni juga berbeda-beda.
II.
RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan
sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil
merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori
itu ialah :
TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human
feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ). Teori ini
terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang seniman ketika
menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah
filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang telah
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as Science of Expresion and
General Linguistic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “art is expression of
impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama
dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh
melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran
angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai
gambaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi
seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa perlu adanya
kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah
ekspresi dalam gambaran angan-angan.
TEORI METAFISIK
Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang
tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian
membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni. Mengenai sumber
seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai
dengan rnetafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang
tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita
duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya
seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita
duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah
sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang
dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan akhirnya
seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan.
Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh
dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat
sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.
TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf
manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta
umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli
estetik dalam abad modem menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya
seni dan alam pikiran penciptanya dengan mempergunakan metode-metode
psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses
penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang
seniman. Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus
yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang
sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller
(1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).
III.
KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi,
artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu
mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian
perpaduan misalnya, orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas
dengan bagian bawah, atau disesuaikan dengan kulitnya.
TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan,
bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori
subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai
sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu yang ada pada
benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang mengamati benda
tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang
terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard
Bocanquat, sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof
Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau
ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah
melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang
mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang
sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk
menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah ciri-ciri khusus manakah yang membuat
sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban
yang telah diberikan selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian
dalam benda indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu
tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu
benda.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan
keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din
seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung
pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda
mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat
memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah
itu. Yang tergolong teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu
hubungan di antara suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya
seperti misalnya yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari
benda-benda. Kualitas bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah
telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan
sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan
arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang besar. Dan dalam ilmu Yunani
Kuno teori perimbangan dalam keindahan dianggap sebagai kualitas dari benda
benda yang disusun.
KESIMPULAN
Keindahan tidak dapat dilihat, melainkan dapat dirasakan.
Keindahan memiliki arti dan cakupan yang cukup luas. Keindahan memiliki
nilai-nilai estetika yang berhubungan dengan keindahan tersebut. Ada tiga
hal yang nyata ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada
keutuhan (Integrity) ada keselarasan (Harmony) serta kejelasan (Clearity) pada
objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
Untuk merasakan keindahan, maka diperlukan
sebuah renungan. Dan di dalam renungan itu terdapat banyak teori yang berbeda
yang menjelaskan bahwa renungan memiliki banyak macam cara untuk
mendeskripsikannya.
Dalam keindahan haruslah
terdapat sebuah keserasian antara satu hal dengan hal lainnya. Pada teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau
ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang memang telah
melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang
mengamatinya. Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan
keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din
seseorang yang mengamati sesuatu benda.