Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Architecture of Gunadarma University. My Dream = Senior Architect!!! :')
Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 24 Maret 2016

Kebudayaan Jawa

BIMA HARYADI
2TB06
22314172
Universitas Gunadarma
Kebudayaan Jawa 


KEBUDAYAAN JAWA 


Suku Jawa adalah salah satu suku mayoritas yang ada di Indonesia. Kebanyakan dari suku ini berdomisili di berbagai belahan di pulau Jawa. Mereka menghuni khususnya di Provinsi Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Namun, suku ini juga banyak ditemukan di Provinsi Jawa Barat, Banten dan tentunya di Ibukota Jakarta. Ternyata  tidak hanya di pulau Jawa saja, masyakarat yang bersuku Jawa juga tersebar di berbagai pulau yang ada di Indonesia bahkan juga mancanegara.

Sebagian besar masyarakat yang bersuku Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam percakapan di kehidupan sehari-hari. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masyarakat jawa adalah orang-orang yang sopan dan satun dalam bertutur kata serta dalam tingkah laku.
Budaya yang dianut oleh suku jawa ini menjadi salah satu budaya Indonesia yang disukai oleh masyarakat manca negara. Kebanyakan orang diluar negeri tertarik dengan seni Wayang Kulit, Gamelan,dan seni Batik. Budaya jawa dikatakan sebagai budaya unik karena terbagi menjadi duabahasa yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Madya Krama. Budaya Jawa identik dengan feodal dan sinkretik karena suku Jawa selalu menghargai semua agama serta pluralitas.
Budaya Suku Jawa Indonesia menghasilkan agama sendiri yang dinamakan kejawen. Kejawen merupakan sebuah kepercayaan yang didalamnya terdapat tradisi atau adat,  seni budaya, dan filosofi suku jawa. Kejawen memiliki arti spiritualistis Jawa yang pada jaman dahulu menjadi satu-satunya agama yang dianut oleh masyarakat suku jawa di masa prasejarah. Pada Jaman kerajaan, suku Jawa banyak yang menganut agama Hindu dan Budha bahkan mereka menyebarkan agama Hindu maupun Budha ke beberapa kerajaan di daerah Jawa seperti kerjaan majapahit, dan kerjaan singosari.
Namun saat ini suku Jawa mayoritas menganut agama Islam dan sebagian kecil menganut agama Kristen, dan Hindu. Dengan demikian suku Jawa terbagi menjadi tiga golongan besar diantaranya adalah golongan Priyayi, Santri, dan Abangan. Sejarah sastra pada suku Jawa dimulai dari bahasa prasasti yang menggunakan aksara jawa/ bahasa jawa kuno. Pada jaman sejarah, prasasti pertama kali ditemukan di daerah Pare, Kediri, Jawa Timur.
Dalam sejarahnya sastra Jawa terbagi menjadi empat masa yaitu Sastra Jawa Kuno, Sastra Jawa Tengahan, Sastra Jawa Baru, dan Sastra Jawa Modern. Bahasa yang digunakan pertama kali adalah aksara jawa atau disbut dengan hanacaraka dan hingga saat ini aksara jawa tetap digunakan. Pada masa sejarah agama islam lebih tersebar dan semakin berkemband dan saat itu huruf araf sempat digunakan sebagai sastra bahasa yaitu dinamakan dengan huruf pegon. Ketika Indonesia dijajah oleh negara Eropa termasuk tanah Jawa abjad latin digunakan dalam menulis bahasa Jawa. Hingga saat ini bahasa Jawa digunakan oleh suku Jawa yang berdomisili di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Selain Budaya Suku Jawa Indonesia memiliki banyak seni budaya yang mengandung unsur Jawa tulen. Banyaknya kerajaan yang berdiri ditanah Jawa pada jaman sejarah menjadi salah satu budaya asli yang diwariskan oleh negara Indonesia. Kemudian suku Jawa memiliki banyak kesenian budaya yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Seperti kesenian Reog yang berasal dari ponorogo Jawa Timur dan hingga saat ini masih sering diadakan pertunjukkan reog setiap tanggal satu suro sebagai persembahan syukur warga masyarakat daerah ponorogo.
Kemudian kesenian tari yang dikembangkan pada remaja sebagai generasi baru dalam mempertahankan budaya seni tari di Jawa. Seni tari yang hingga saat ini terjaga dengan baik dan paling di sukai masyarakat Jawa adalah Tari Remo berasal dari daerah Jawa Timur. Banyaknya seni budaya yang masih terjaga dengan baik dan semakin dilestarikan menjadi ciri khas dari suku Jawa.
Yang akan dibahas lebih lanjut adalah kebudayaan dan kesenian Jawa Tengah.

1. Rumah Adat
Rumah adat Jawa Tengah dinamakan Padepokan. Padepokan Jawa Tengah merupakan bangunan induk istana Mangkunegara di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri dari 3 ruangan. Pendopo, tempat menerima tamu, upacara adat dan kesenian. Pringgitan untuk pagelaran wayang kulit. Dalem, tempat singgasana raja. Bagi rumah penduduk, "dalem" berarti ruangan untuk tempat tinggal.


Hasil gambar untuk rumah joglo
Rumah Joglo


Hasil gambar untuk pakaian adat jawa tengah
2. Pakaian Adat
Pakaian adat untuk pria Jawa Tengah adalah penutup kepala yang disebut kuluk, berbaju jas sikepan, korset dan keris yang terselip di pinggang. Ia juga memakai kain batik dengan pola dan corak yang sama dengan wanitanya.
Sedangkan wanitanya memakai kebaya panjang dengan kain batik. Perhiasannya berupa subang, kalung, gelang, dan cincin. Sanggulnya disebut bokor mengkureb yang diisi dengan daun pandan wangi.






3. Tarian Tradisional

Hasil gambar untuk tarian jawa tengah
Tari Merak

a. Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.
b. Tari Bambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah pelambang penumpasan angkara murka.
c. Tari Enggat Enggot, diangkat dari tari tradisional Banyumas. Sesuai dengan ciri khas daerahnya tari ini menyuguhkan gerak lincah dan jenaka, selaras dengan dinamisnya irama musik calung yang mengiringinya.
d. Tari Kendalen, merupakan tari keprajuritan gagah dan berani.
e. Tari Merak, tari yang mengekspresikan keindahan burung merak.
dan lain-lain.

4. Senjata Tradisional
Keris adalah senjata tradisional di daerah Jawa Tengah yang mendapat tempat penting dalam kehidupan masyarakatnya. Keris dapat menunjukkan kedudukan seorang dalam masyarakat. Senjata lainnya adalah pedang, tombak, dan perisai.


Hasil gambar untuk senjata jawa tengah
Keris

 5. Suku : Suku dan marga yang terdapat didaerah Jawa Tengah adalah: Jawa, Samin, Karimun, Kangean, dan lain-lain.

6. Bahasa Daerah : Jawa

Berbagai macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah:
1.     dialek Pekalongan
2.     dialek Kedu
3.     dialek Bagelen
4.     dialek Semarang
5.     dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6.     dialek Blora
7.     dialek Surakarta
8.     dialek Yogyakarta
9.     dialek Madiun
10. dialek Banyumasan (Ngapak)

11. dialek Tegal-Brebes

7. Lagu Daerah : Suwe ora Jamu, Gek Kepriye, Lir-ilir, Gundul Pacul, Gambang Suling, dan lain-lain.


8. Upacara Adat :

a.Upacara Kenduren 


Upacara adat Jawa yang pertama adalah kenduren atau selametan. Upacara ini dilakukan secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin tetua adat atau tokoh agama. Adanya akulturasi budaya Islam dan Jawa di abad ke 16 Masehi membuat upacara ini mengalami perubahan besar, selain doa hindu/budha yang awalnya digunakan diganti ke dalam doa Islam, sesaji dan persembahan juga menjadi tidak lagi dipergunakan dalam upacara ini. 

b. Upacara Grebeg 
Selain upacara kenduren, di Jawa juga dikenal Upacara Grebeg. Upacara ini digelar 3 kali setahun, yaitu tanggal 12 Mulud (bulan ketiga), 1 Sawal (bulan kesepuluh) dan 10 Besar (bulan kedua belas). Upacara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur kerajaan terhadap karunia dan berkah Tuhan. 

c. Upacara Sekaten
 Sekaten merupakan upacara adat Jawa yang digelar dalam kurun tujuh hari sebagai bentuk peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad. Berdasarkan asal usulnya, kata Sekaten yang menjadi nama upacara tersebut berasal dari istilah Syahadatain, yang dalam Islam dikenal sebagai kalimat tauhid. Upacara sekaten dilakukan dengan mengeluarkan kedua perangkat gamelan sekati dari keraton, yaitu gamelan Kyai Gunturmadu dan gamelan Kyai Guntursari untuk diletakan di depan Masjid Agung Surakarta. 

d. Upacara Ruwatan 
Upacara ruwatan adalah upacara adat Jawa yang dilakukan dengan tujuan untuk meruwat atau menyucikan seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan keselamatan dalam menjalani hidup. Contoh upacara ruwatan misalnya yang dilakukan di dataran Tinggi Dieng. Anak-anak berambut gimbal yang dianggap sebagai keturunan buto atau raksasa harus dapat segera diruwat agar terbebas dari segala marabahaya. 

e. Upacara Tedak Siten 
Upacara tedak siten merupakan upacara adat Jawa yang digelar bagi bayi usia 8 bulan ketika mereka mulai belajar berjalan. Upacara ini dibeberapa wilayah lain juga dikenal dengan sebutan upacara turun tanah. Tujuan dari diselenggarakannya upacara ini tak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tuanya atas kesehatan anaknya yang sudah mulai bisa menapaki alam sekitarnya. 

f. Upacara Tingkepan Upacara tingkepan (mitoni) adalah upacara adat Jawa yang dilakukan saat seorang wanita tengah hamil 7 bulan. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air kembang setaman diiringi panjatan doa dari sesepuh, agar kehamilannya selamat hingga proses persalinannya nanti. 

g. Upacara Kebo 
Keboan Masyarakat Jawa yang mayoritas bekerja sebagai petani juga memiliki ritual upacara tersendiri. Kebo-keboan –begitu namanya, merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan untuk menolak segala bala dan musibah pada tanaman yang mereka tanam, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang memuaskan. Dalam upacara ini, 30 orang yang didandani menyerupai kerbau akan diarak keliling kampung. Mereka akan didandani dan berjalan seperti halnya kerbau yang tengah membajak sawah. 

h. Upacara Larung Sesaji 
Upacara larung sesaji adalah upacara yang digelar orang Jawa yang hidup di pesisir pantai utara dan Selatan Jawa. Upacara ini digelar sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan selama mereka melaut dan sebagai permohonan agar mereka selalu diberi keselamatan ketika dalam usaha. Berbagai bahan pangan dan hewan yang telah disembelih akan dilarung atau dihanyutkan ke laut setiap tanggal 1 Muharam dalam upacara adat Jawa yang satu ini.


Sumber:
http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.co.id/2011/05/kebudayaan-dan-kesenian-jawa-tengah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About