Pengertian Arsitektur Berkelanjutan
Yaitu Arsitekur memberikan kontribusi terbesar terhadap pemanasan global (global warming).Data ASEAN Center for Energy (ACE), 48% pemanasan glbal dihasilkan oleh bangunan.
Untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dalam bangunan, kondisi lingkungan internal (temperatur, kelembaban, tingkat iluminasi) dapat diatur tanpa ataupun dengan menggunakan peralatan teknologi mekanikal elektrikal yang menggunakan energi dari sumber yang tidak dapat diperbarui.
Bangunan berkelanjutan adalah bangunan yang menggunakan metode konstruksi yang berkelanjutan dan menggunakan material/bahan bangunan yang memprioritasnkan kualitas lingkungan, vitalitsa ekonomi dan keuntungan sosial melalui perancangan bangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi lingkungan pada lokasi dimana dilakuakn pembangunan (lingkungan binaan).
Seperti juga pembangunan berkelanjutan yang melihat konsep berkelanjutan dari 3 aspek utama yaitu (1) kemajuan sosial, (2) pertumbuhan ekonomi dan (3) keseimbangan ekologi, maka arsitektur berkelanjutan pun tidak dapat lepas dari aspek-aspek tersebut.
Efisiensi penggunaan energi
Memanfaatkan sinar matahari
Memanfaatkan penghawaan alami
Memanfaatkan air hujan
Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan
2. Efisiensi penggunaan lahan
Menggunakan lahan dengan efisien
Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan
Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal
3.Efisiensi penggunaan material
Memanfaatkan material sisa untuk digunakan dalam pembangunan
Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih bisa digunakan
Menggunakan material yang masih berlimpah
Penggunaan teknologi dan material terbarukan
Memanfaatkan potensi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan ir
Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global
4.Manajemen limbah
Membuat sistem dekomposisi limbah organik
Membuat sistem pengolahan limbah domestik
Penyumbang kerusakan lingkungan alam terbesar adalah sektor konstruksi yang secara Global mengonsumsi 50% sumber daya alam,40% energi dan 16% air. Konstruksi juga Menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu45% (Akmal, 2007).
KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Bangunan Hemat Energi
Bangunan hemat energi dalam duniaarsitektur adalah meninimalkan
penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan,
kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Hemat energi adalah suatu
kondisi dimana energi dikonsumsi secara hemat atau minimal tanpa harus
mengorbankankenyamanan fisik manusia. Konsepbangunan hemat energi terdiri dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut:
Meminimalkan perolehan panas matahari
Orientasi bangunan utara-selatan
Organisasi ruang : Aktivitas terdapat pada ruang utama yangdiletakkan di tengahbangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang atau service di sisi Timur-Barat.
Memaksimalkan pelepasan panas bangunan kemudian menghindariradiasi matahari masuk ke dalam bangunan.
Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak langsung untuk menerangi ruang dalam bangunan.
Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan
2. Efisiensi Penggunaan Lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harusdigunakan seluruhnya untuk bangunan, karenasebaiknya selalu adalahan hijau danpenunjang keberlanjutan potensilahan.
Menggunakan seperlunya lahan yangada, tidak semua lahan harusdijadikanbangunan, atau ditutupi denganbangunan, karena dengandemikianlahan yang ada tidak memiliki cukuplahanhijau dantaman. Menggunakanlahan secara efisien, kompak danterpadu.
Potensi hijau tumbuhan dalam lahandapat digantikan ataudimaksimalkandengan berbagai inovasi, misalnyapembuatan atapdiatas bangunan.
Menghargai kehadiran tanaman yangada di lahan,dengan tidak mudahmenebang pohon-pohon, sehinggatumbuhan yang ada dapatmenjadibagian untuk berbagi denganbangunan.
Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuaidengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya)dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.
Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapatmenjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan,misalnya; berapa luasdan banyak ruang yang diperlukan.
Dimana letak lahan (di kota atau di desa) dan bagaimanakonsekuensinya terhadap desain, bentuk site dan pengaruhnyaterhadap desain ruang-ruang, berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan.
3. Efisiensi Penggunaan Material
Memanfaatkan material sisa untukdigunakan juga dalam pembangunan,sehingga tidak membuang material,misalnya kayusisa bekisting dapatdigunakan untuk bagian lainbangunan.
Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lamayang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunanlama.
Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarangditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yangsemakin jarang seperti kayu.
4.Penggunaan Teknologi dan Material
BaruMemanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahayamatahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumahtangga dan bangunan lain secara independen.Memanfaatkanmaterial baru melalui penemuan baru yang secara globaldapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepatdiproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
KONSEP RUMAH HEMAT ENERGI
OSLO, (PRLM).- Bangunan beratap miring ini dirancang oleh Research Centre on Zero Emission Buildings dari Norwegia dan perusahaan arsitektur Snøhetta, rumah ramah lingkungan (ecohome) yang mampu menghasilkan tiga kali lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan.
Dibangun di Larvick, Norwegia, sebuah purwarupa dari rumah masa depan, memiliki atap seluas 150 meter persegi yang ditutupi panel surya untuk menghasilkan listrik.
Atap ini dimiringkan tepat pada 19 derajat menghadap ke arah tenggara untuk memastikan dapat menangkap sinar matahari sebanyak mungkin dan juga menggabungkan panel surya termal untuk memanaskan air dan pengumpul air hujan untuk kebutuhan toilet dan kebun.
Jendela juga dirancang untuk menangkap sinar matahari sebanyak mungkin untuk membantu menjaga rumah tetap hangat.
Para desainer mengklaim bahwa rumah ini menghasilkan 19.200 kWh listrik dari panel surya setiap tahunnya, sedangkan kolektor surya yang digunakan untuk memanaskan air mengumpulkan lebih 4.000 kWh per tahun. Secara total menghasilkan energi yang cukup untuk merebus ketel 185.600 kali.
KONSEP RUMAH HEMAT SEHAT
Rumah yang baik dibuat dengan memperhatikan berbagai komponen penting yang mempengaruhi sebuah rumah. Beberapa unsur penting seperti pencahayaan, tata ruang, konsep pintu, jendela, dan ventilasi, sumber air, konsep sanitasi (sampah, limbah rumah tangga, kamar mandi, WC) dll. harus diperhatikan untuk menciptakan rumah dengan kriteria sehat.
Jendela dan ventilasi adalah bagian yang sangat penting untuk menciptakan rumah yang sehat. Jendela dan ventilasi mengatur tata pencahayaan dan mengatur keluar masuknya udara. Arah datangnya cahaya matahari harus diperhatikan untuk mengatur panas dan cahaya yang masuk kedalam rumah. Ventilasi disesuaikan dengan ukuran ruangan yang ada. Semakin besar ukuran jendela dan ventilasi akan memperbesar penghilangan panas dan masuknya udara.
Pengaturan ruang juga menjadi hal pokok dalam pembuatan rumah sehat. Letak ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi harus diperhatikan. Peletakan kamar mandi yang berdekatan dengan ruang makan harus dihindari. Jika tidak memungkinkan untuk meletakkan kamar mandi bersebrangan dengan ruang makan (karena areal lahan pembuatan rumah yang minim), maka pengaturan ventilasi kamar mandi harus dibuat sebaik mungkin. Sirkulasi udara harus langsung dari luar rumah artinya, ventilasi berbatasan dengan lingkungan luar rumah.
Pembuatan rumah yang sehat harus memperhatikan kondisi geografis areal yang akan dibuat rumah. ketersediaan air bersih harus diperhatikan. Selain itu rumah sehat juga harus memperhatikan sanitasi. Letak pembuangan sampah harus diperhatikan, sebaiknya sejauh mungkin dari rumah dan tidak mengganggu kenyamanan kita. WC dan pembuangan limbah rumah tangga harus dibuat dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Selain itu hal penting yang perlu diingat adalah jarak dengan sumur atau sumber air minimal 10 m. mengapa demikian? hal ini dikarenakan zat-zat kimia dan organisme mikroskopik biasanya masih banyak terdapat disekitar penampungan WC dan pembuangan limbah rumah tangga.
Rumah sehat juga harus memperhatikan faktor biologi lingkungan sekitar rumah. Sebaiknya tanam beberapa pohon yang perakarannya tidak merusak bangunan sebagai penyedia kebutuhan oksigen dirumah kita. Selain itu dengan menanam pohon lingkungan rumah juga menjadi asri, teduh.
KONSTRUKSI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Bangunan hijau (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan berkelanjutan) mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.
Meski teknologi baru terus dikembangkan untuk melengkapi praktik penciptaan struktur hijau saat ini, tujuan utamanya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami dengan:
Menggunakan energi, air, dan sumber daya lain secara efisien
Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas karyawan
Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Ada konsep sejenis bernama bangunan alami yang biasanya berukuran lebih kecil dan cenderung fokus pada penggunaan bahan alami yang tersedia di daerah sekitarnya. Konsep yang lain yaitu desain berkelanjutan dan arsitektur hijau. Keberlanjutan dapat diartikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhan mereka.Bangunan hijau tidak secara khusus menangani masalah pembaharuan rumah yang sudah ada.
Laporan U.S. General Services Administration tahun 2009 menemukan 12 bangunan yang dirancang secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk beroperasi dan memiliki performa energi yang sangat baik. Selain itu, penghuni lebih puas dengan keseluruhan bangunan ini dibandingkan dengan di bangunan komersial biasa.
Konsep Strategi Desain Berkelanjutan UIA dapat dijabarkan kedalam 9 point;
Dimulai dengan tahap awal pekerjaan proyek yang melibatkan seluruh pihak : klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna, dan komunitas;
Analisa dan Manajemen seluruhnya dari Daur Hidup Bangunan, yaitu mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaan dimasa depan;
Optimalisasi desain yang efisien, energi terbarukan, teknologi modern dan ramah lingkungan harus menjadi satu kesatuan;
Kesadaran bahwa proyek arsitektur dan konstruksi tersebut merupakan sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitar yang lebih luas yang bisa mencakup warisan sejarah, kebudayaan, dan sosial masyarakat; Penerapan “material bangunan yang sehat”, yaitu untuk menciptakan bangunan yang sehat, tata guna lahan yang seimbang, kesan estetik dan inspiratif, serta memberikan keyakinan ke masyarakat;
Upaya untuk mengurangi “carbon imprint”, mengurangi penggunaan material berbahaya yang berdampak terhadap aktivitas pengguna;
Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kesetaraan baik lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta menyediakan kesempatan-kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat;
Populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang terintergrasi, saling terkait untuk keberlangsungan hidup seperti fasilitas publik (air, udara, rumah, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dll;
Mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya umat manusia sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas yang sangat diperlukan oleh manusia.
Selanjutnya, konsep-konsep di atas dapat diterjemahkan bahwa pendekatan “Sustainable Architecture” perlu diterapkan secara menyeluruh dengan melihat seluruh daur hidup dari bangunan tersebut. Dan penerapannya harus secara komprehensif dari maerial, dan penghijauan lingkungan. (Dari berbagai sumber oleh: Iden Wildensyah)
SUMBER : http://dhea-architect.blogspot.co.id/2013/03/arsitektur-berkelanjutan.html
https://clararchita77.wordpress.com/konstruksi-bangunan-berkelanjutan/
https://rarastrianaputri.wordpress.com/2015/01/06/konstruksi-bangunan-berkelanjutan/
http://www.ilmusipil.com/konstruksi-berkelanjutan
http://www.pikiran-rakyat.com/node/311242
Diposkan oleh Ahmad Susanto di 07.21 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Selasa, 17 November 2015
Pengertian Arsitektur Lingkungan, Ekologi & Biolog
Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaituperencanaan kota, perencanaan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain parabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Bagi sebagian besar orang, waktu mereka dihabiskan untuk terlibat dalam organisasi baik formal maupun informal. Sejak kita memasuki masa sekolah hingga hidup bermasyarakat, tentunya banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti, seperti kelompok paduan suara, tim olahraga, kelompok musik atau drama, organisasi keagamaan di lingkungan tempat tinggal, atau juga bisnis.
Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab, dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi.
Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan, wewenang, tanggung jawab, dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan organisasi informal adalah suatu hubungan jaringan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal. Organisasi informal dapat terbentuk di dalam perusahaan karena adanya interaksi antar karyawan, contohnya kelompok arisan pada suatu kantor. Organisasi informal muncul karena adanya kebutuhan pribadi dan kelompok dalam suatu organisasi.
Pengertian Arsitektur Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) danlogos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 – 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Ekologi dan Arsitektur
Arsitektur ekologis merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Info lingkungan
Kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. Apakah pengguna suatu bangunan merasa tertarik.
Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
· Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
· Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.
· Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan
· Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
pengertian arsitektur biologis
Dalam arsitektur dikenal istilah arsitektur biologis, yaitu ilmu penghubung antara manusia dan lingkungannya secara keseluruhan yang juga mempelajari pengetahuan tentang hubungan integral antara manusia dan lingkungan hidup, dan merupakan arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan.Istilah arsitektur biologis diperkenalkan oleh beberapa ahli bangunan, antara lain Prof. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Doernach dan Ir. Heinz Frick. Sebenarnya, arsitektur biologis bukan merupakan hal yang baru, sebab sejak ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita telah menerapkan konsep dasar dari arsitektur biologis ini, yaitu dengan membangun rumah adat (tradisional) menggunakan bahan-bahan yang diambil dari alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan mempertimbangkan rancang bagun yang dapat tahan dengan segala macam ancaman alam, seperti hewan buas dan bencana seperti banjir, longsor,gempa, dan lain-lain. Rumah adat yang berbentuk rumah panggung adalah contoh dari arsitektur biologis masyarakat Indonesia zaman dahulu. Pada peristiwa gempa di Padang tahun lalu, rumah adat ini terbukti lebih kokoh dibanding dengan rumah atau bangunan lain,karena bobotnya yang ringan, terbuat dari bambu dan kayu.Di era modern seperti sekarang, menggunakan arsitektur biologis bukan tidak mungkin, apalagi di saat kondisi bumi mengalami perubahan drastis yang disebabkan pemanasan global. Namun, tentu kita tidak harus membangun bangunan yang sama persis dengan rumah adat, karena kondisi lingkungan saat ini tidak lagi memungkinkan kita untuk membuatnya. Yang mungkin kita lakukan adalah dengan mencoba membuat rancang bangun rumah yang efisien akan sumber daya (seperti listrik) tanpa mengurangi kenyaman bagi penghuni rumah itu sendiri. Selain itu, pentingnya pendekatan ekologis seperti ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efisien,memanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efisien, menekanan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang dalam membangun lingkungan akan turut meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Hal ini menjadi konsep arsitektur biologis saat ini menjadi lebih kontemporer.Arsitektur biologis akan mempergunakan teknologi alamiah untuk menetrasi keadaan kritis alam yang sudah mulai terancam, untuk meningkatkan kualitas kehidupan yaitu kerohanian, dan kualitas bangunan dengan bagian-bagian material. Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk.Perencanaan arsitektur biologis senantiasa memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya punditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya dan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dengan cara membangunnya.Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis. Arsitektur ini mencerminkan suatu cara kehidupan harmonis, asli, ritmis dan dinamis, terjalin antara kehidupan manusia dan lingkungan sekitar secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi berikutnya. Arsitektur ini cocok dengan iklim daerah setempat dan masing-masing suku bangsa di Indonesia rupanya telah memiliki arsitektur tradisional.
Sumber:
http://zaryza.blogspot.co.id/2012/10/arsitektur-dan-lingkungan-arsitektur.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_ekologi
http://sigitwijionoarchitects.blogspot.co.id/2012/04/arsitektur-ekologi-eco-architecture.html
https://finifio.wordpress.com/category/arsitektur-dan-lingkungan/
Rabu, 18 November 2015
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
NAMA : BIMA HARYADI
NPM : 22314172
KELAS : 2TB06
TUGAS : ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Arsitektur
berkelanjutan adalah arsitektur yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pemanasan global (global warming).Data ASEAN Center for Energy (ACE), 48%
pemanasan glbal dihasilkan oleh bangunan.
Untuk
mencapai kenyamanan thermal maupun visual dalam bangunan, kondisi lingkungan
internal (temperatur, kelembaban, tingkat iluminasi) dapat diatur tanpa ataupun
dengan menggunakan peralatan teknologi mekanikal elektrikal yang menggunakan
energi dari sumber yang tidak dapat diperbarui.
Bangunan
berkelanjutan adalah bangunan yang menggunakan metode konstruksi yang
berkelanjutan dan menggunakan material/bahan bangunan yang memprioritasnkan
kualitas lingkungan, vitalitsa ekonomi dan keuntungan sosial melalui
perancangan bangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi
lingkungan pada lokasi dimana dilakuakn pembangunan (lingkungan binaan).
Seperti juga
pembangunan berkelanjutan yang melihat konsep berkelanjutan dari 3 aspek utama
yaitu (1) kemajuan sosial, (2) pertumbuhan ekonomi dan (3) keseimbangan
ekologi, maka arsitektur berkelanjutan pun tidak dapat lepas dari aspek-aspek
tersebut.
Pembangunan berkelanjutan memerlukan proses integrasi
ekonomi dan ekologi mlalui upaya perumusan paradigma dalam mengelol sumber daya
seoptimal mungkin.
Pada tahun 1983, PBB membentuk Komisi Brundtland
diketuai oleh Harlem Brundtland.Komisi Brundtland adalah sebutan bagi Komisi
Dunia untuk Lingkungan dan Perubahan (World Commission of Environment and
Development – WCED). Komisi ini memfokuskan kajian pada 8 area analisis yaitu
perspektif tentang kependudukan, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan;
energi; industri; keamanan pangan, pertanian, kehutanan, lingkungan dan
pembangunan; pemukiman manusia; hubungan ekonomi internasional; sistem
pendukung untuk pengelolaan lingkungan; dan kerjasama internasional.
Dua hal penting dalam konsep berkelanjutan ini yaitu
kebutuhan (needs) dan generasi pendatang (future generation) sehingga dalam
pembangunan berkelanjutan perlu diperhatikan :
- Konsep kebutuhan (the concept of needs). Menciptakan kondisi yang menjaga tepenuhinya kebutuhan hidup yang memadai bagi seluruh masyarakat, dimana kaum miskin sedunia harus diberi proritas utama.
- Konsep keterbatasan (the concept of limits). Memperhatikan dan menjaga kapasitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan akan datang.
Terdapat empat syarat yang harus dipenuhi bagi suatu
proses pembangunan yang berkelanjutan, yaitu :
- Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara ekologis benar.
- Pemanfaatkan sumber daya terbarukan (renewable resourse) tidak boleh melebihi potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumber daya tak tebarukan.
- Pembuangan limbah industri dan rumah tangga tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi pencemaran.
- Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carryng capacity).
Efisiensi dalam arsitektur berkelanjutan:
- Efisiensi penggunaan energi
- Memanfaatkan sinar matahari
- Memanfaatkan penghawaan alami
- Memanfaatkan air hujan
- Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan
2. Efisiensi penggunaan lahan
- Menggunakan lahan dengan efisien
- Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
- Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan
- Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
- Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal
3.Efisiensi penggunaan material
- Memanfaatkan material sisa untuk digunakan dalam pembangunan
- Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih bisa digunakan
- Menggunakan material yang masih berlimpah
- Penggunaan teknologi dan material terbarukan
- Memanfaatkan potensi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan ir
- Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global
4.Manajemen limbah
- Membuat sistem dekomposisi limbah organik
- Membuat sistem pengolahan limbah domestik
- Penyumbang kerusakan lingkungan alam terbesar adalah sektor konstruksi yang secara Global mengonsumsi 50% sumber daya alam,40% energi dan 16% air. Konstruksi juga Menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu45% (Akmal, 2007).
KONSEP ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
- Bangunan Hemat Energi
Bangunan
hemat energi dalam dunia arsitektur adalah meninimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan,
maupun produktivitas penghuninya. Hemat energi adalah suatu kondisi
dimana energi dikonsumsi secara hemat atau minimal tanpa harus mengorbankan kenyamanan
fisik manusia. Konsep bangunan hemat energi terdiri dari beberapa komponen,
yakni sebagai berikut:
- Meminimalkan perolehan panas matahari
- Orientasi bangunan utara-selatan
- Organisasi ruang : Aktivitas terdapat pada ruang utama yang diletakkan di tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang atau service di sisi Timur-Barat.
- Memaksimalkan pelepasan panas bangunan kemudian menghindari radiasi matahari masuk ke dalam bangunan.
- Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak langsung untuk menerangi ruang dalam bangunan.
- Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
- Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan
2. Efisiensi Penggunaan Lahan
- Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu adalahan hijau dan penunjang keberlanjutan potensilahan.
- Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup laha nhijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
- Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan.
- Menghargai kehadiran tanaman yangada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan.
- Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.
- Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan, misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan.
- Dimana letak lahan (di kota atau di desa) dan bagaimana konsekuensinya terhadap desain, bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang, berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang dapat digunakan.
3. Efisiensi Penggunaan Material
- Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
- Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
- Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.
4.Penggunaan Teknologi dan Material
- Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen. Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.
OSLO,
(PRLM).- Bangunan beratap miring ini dirancang oleh Research Centre on Zero
Emission Buildings dari Norwegia dan perusahaan arsitektur Snøhetta, rumah
ramah lingkungan (ecohome) yang mampu menghasilkan tiga kali lebih banyak
energi daripada yang dibutuhkan.
Dibangun di
Larvick, Norwegia, sebuah purwarupa dari rumah masa depan, memiliki atap seluas
150 meter persegi yang ditutupi panel surya untuk menghasilkan listrik.
Atap ini
dimiringkan tepat pada 19 derajat menghadap ke arah tenggara untuk memastikan
dapat menangkap sinar matahari sebanyak mungkin dan juga menggabungkan panel
surya termal untuk memanaskan air dan pengumpul air hujan untuk kebutuhan
toilet dan kebun.
Jendela juga
dirancang untuk menangkap sinar matahari sebanyak mungkin untuk membantu
menjaga rumah tetap hangat.
Para
desainer mengklaim bahwa rumah ini menghasilkan 19.200 kWh listrik dari panel
surya setiap tahunnya, sedangkan kolektor surya yang digunakan untuk memanaskan
air mengumpulkan lebih 4.000 kWh per tahun. Secara total menghasilkan energi
yang cukup untuk merebus ketel 185.600 kali.
Rumah yang
baik dibuat dengan memperhatikan berbagai komponen penting yang mempengaruhi
sebuah rumah. Beberapa unsur penting seperti pencahayaan, tata ruang, konsep
pintu, jendela, dan ventilasi, sumber air, konsep sanitasi (sampah, limbah
rumah tangga, kamar mandi, WC) dll. harus diperhatikan untuk menciptakan rumah
dengan kriteria sehat.
Jendela dan
ventilasi adalah bagian yang sangat penting untuk menciptakan rumah yang sehat.
Jendela dan ventilasi mengatur tata pencahayaan dan mengatur keluar masuknya
udara. Arah datangnya cahaya matahari harus diperhatikan untuk mengatur panas
dan cahaya yang masuk kedalam rumah. Ventilasi disesuaikan dengan ukuran
ruangan yang ada. Semakin besar ukuran jendela dan ventilasi akan memperbesar
penghilangan panas dan masuknya udara.
Pengaturan
ruang juga menjadi hal pokok dalam pembuatan rumah sehat. Letak ruang tamu,
kamar tidur, dapur, dan kamar mandi harus diperhatikan. Peletakan kamar mandi
yang berdekatan dengan ruang makan harus dihindari. Jika tidak memungkinkan
untuk meletakkan kamar mandi bersebrangan dengan ruang makan (karena areal
lahan pembuatan rumah yang minim), maka pengaturan ventilasi kamar mandi harus
dibuat sebaik mungkin. Sirkulasi udara harus langsung dari luar rumah artinya,
ventilasi berbatasan dengan lingkungan luar rumah.
Pembuatan
rumah yang sehat harus memperhatikan kondisi geografis areal yang akan dibuat
rumah. ketersediaan air bersih harus diperhatikan. Selain itu rumah sehat juga
harus memperhatikan sanitasi. Letak pembuangan sampah harus diperhatikan,
sebaiknya sejauh mungkin dari rumah dan tidak mengganggu kenyamanan kita. WC
dan pembuangan limbah rumah tangga harus dibuat dengan baik agar tidak
mencemari lingkungan. Selain itu hal penting yang perlu diingat adalah jarak
dengan sumur atau sumber air minimal 10 m. mengapa demikian? hal ini
dikarenakan zat-zat kimia dan organisme mikroskopik biasanya masih banyak
terdapat disekitar penampungan WC dan pembuangan limbah rumah tangga.
Rumah sehat
juga harus memperhatikan faktor biologi lingkungan sekitar rumah. Sebaiknya
tanam beberapa pohon yang perakarannya tidak merusak bangunan sebagai penyedia
kebutuhan oksigen dirumah kita. Selain itu dengan menanam pohon lingkungan
rumah juga menjadi asri, teduh.
Bangunan
hijau (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan berkelanjutan)
mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut,
mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan,
renovasi, dan peruntuhan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan
klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.
Meski
teknologi baru terus dikembangkan untuk melengkapi praktik penciptaan struktur
hijau saat ini, tujuan utamanya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk
mengurangi dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
alami dengan:
Menggunakan
energi, air, dan sumber daya lain secara efisien
Melindungi
kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas karyawan
Mengurangi
limbah, polusi dan degradasi lingkungan
Ada konsep
sejenis bernama bangunan alami yang biasanya berukuran lebih kecil dan
cenderung fokus pada penggunaan bahan alami yang tersedia di daerah sekitarnya.
Konsep yang lain yaitu desain berkelanjutan dan arsitektur hijau. Keberlanjutan
dapat diartikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhan mereka.Bangunan hijau tidak
secara khusus menangani masalah pembaharuan rumah yang sudah ada.
Laporan U.S.
General Services Administration tahun 2009 menemukan 12 bangunan yang dirancang
secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk beroperasi dan
memiliki performa energi yang sangat baik. Selain itu, penghuni lebih puas
dengan keseluruhan bangunan ini dibandingkan dengan di bangunan komersial
biasa.
Konsep
Strategi Desain Berkelanjutan UIA dapat dijabarkan kedalam 9 point;
- Dimulai dengan tahap awal pekerjaan proyek yang melibatkan seluruh pihak : klien, desainer, insinyur, pemerintah, kontraktor, pemilik, pengguna, dan komunitas;
- Analisa dan Manajemen seluruhnya dari Daur Hidup Bangunan, yaitu mengintegrasikan semua aspek dalam konstruksi dan penggunaan dimasa depan;
- Optimalisasi desain yang efisien, energi terbarukan, teknologi modern dan ramah lingkungan harus menjadi satu kesatuan;
- Kesadaran bahwa proyek arsitektur dan konstruksi tersebut merupakan sistem interaktif yang kompleks dan terkait pada lingkungan sekitar yang lebih luas yang bisa mencakup warisan sejarah, kebudayaan, dan sosial masyarakat; Penerapan “material bangunan yang sehat”, yaitu untuk menciptakan bangunan yang sehat, tata guna lahan yang seimbang, kesan estetik dan inspiratif, serta memberikan keyakinan ke masyarakat;
- Upaya untuk mengurangi “carbon imprint”, mengurangi penggunaan material berbahaya yang berdampak terhadap aktivitas pengguna;
- Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup, kesetaraan baik lokal maupun global, memajukan kesejahteraan ekonomi, serta menyediakan kesempatan-kesempatan untuk kegiatan bersama masyarakat;
- Populasi urban tergantung pada sistem desa-kota yang terintergrasi, saling terkait untuk keberlangsungan hidup seperti fasilitas publik (air, udara, rumah, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dll;
- Mendukung pernyataan UNESCO mengenai keberagaman budaya umat manusia sebagai sumber pertukaran, penemuan, kreativitas yang sangat diperlukan oleh manusia.
- Selanjutnya, konsep-konsep di atas dapat diterjemahkan bahwa pendekatan “Sustainable Architecture” perlu diterapkan secara menyeluruh dengan melihat seluruh daur hidup dari bangunan tersebut. Dan penerapannya harus secara komprehensif dari maerial, dan penghijauan lingkungan. (Dari berbagai sumber oleh: Iden Wildensyah)
REFERENSI:
http://dhea-architect.blogspot.co.id/2013/03/arsitektur-berkelanjutan.html
http://repository.petra.ac.id/15546/1/20110428-Gunawan_T-
Desain_Arsitektur_Berkelanjutan.pdf
https://clararchita77.wordpress.com/konstruksi-bangunan-berkelanjutan/
http://www.ilmusipil.com/konstruksi-berkelanjutan
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul/article/view/5376 http://www.pikiran-rakyat.com/node/311242
https://rarastrianaputri.wordpress.com/2015/01/06/konstruksi-bangunan-berkelanjutan/
Langganan:
Postingan (Atom)